Teori Cinta

tumblr_murbyjEwha1remv1so1_500

Teori Cinta

©msdandelion,2014.

Ditengah rinai hujan, membuat mereka
mengenal cinta.

.

Siwon/Yoona |Romance/AU|Drabble {731w}
for General viewing.

.

.

.

Sore dimusim semi Seoul, rintik-rintik hujan turun menapaki tanah—lantas bercampur menjadi satu.

Hujan—hari yang menyebalkan bagi Yoona.

Bukan karena ia tidak menyukai Hujan,hanya saja hujan selalu datang secara tiba-tiba. Dan bagi orang ceroboh—layaknya Yoona, tentu saja ia melupakan payung yang selalu disiapkan oleh ayahnya.

“Aku bisa telat,” desah Yoona pelan, sedari tadi yang dilakukan dirinya hanya melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangannya. Secara tak sadar, pergerakan yang dilakukan Yoona,tentu menarik seseorang yang berdiri tepat disampingnya untuk turut memperhatikan dirinya.

“Tidak bawa payung?”

Eh,iya kau memang benar,” jawab Yoona kikuk. Bagaimana tidak, karena secara tiba-tiba seseorang pemuda mengajaknya berbicara.

“Memangnya ada apa, sampai kau tidak boleh telat?” tanya pemuda itu kembali.

“Aku hanya takut ibu mengkhawatirkanku,” balas Yoona pelan,sembari memandang langit yang tak kunjung terang—malah semakin bertambah gelap.

Terlalu fokus dengan langit,membuat Yoona tak sadar bahwa pemuda yang disampinganya telah berdiri dengan menggenggam sebuah payung.

“Mau ikut pulang denganku?”

.

.

.

—Karena ini lebih dari sebuah cinta pada pandangan pertama.

.

Mereka sampai di halte bus, menunggu untuk jurusan menuju Ilsan. Jarak antara Ilsan dan Seoul—memaksa mereka untu terus pulang-pergi dengan menggunakan bus.

“Kita belum berkenalan,aku Choi Siwon. Senang bertemu denganmu,” Ucap Siwon memulai pembicaraan,mengurangi kecanggugan diantara mereka berdua.

“aku Im Yoona.”

Tak beberapa lama kemudian bus dengan jurusan Ilsan datang,mereka berdua segera menapaki bus dan mencari tempat duduk.

“Omong-omong, mengapa kau memilih sekolah di Seoul dibandingkan di Ilsan?” tanya Siwon ketika mereka telah duduk di dalam bus.

“Aku  lebih menyukai Seoul, kami sekeluarga pindah ke Ilsan hanya karena pekerjaan ayahku saja.” Jelas Yoona sembari menatap luar jendela, menikmati aroma hujan yang bercampur dengan tanah—menimbulkan gemericik indah pada pendengarannya.

“Bagaimana dengan kau,Siwon-ssi?”

“Ilsan hanya kota kecil—tidak dengan Seoul, Ayahku yang memilihku untuk sekolah disini agar kelak aku dapat menjadi orang sukses.”

“Sukses?memangnya kau ingin menjadi apa nantinya?” tanya Yoona penasaran,sedangkan Siwon hanya termenung berpikir.

“Mungkin,seorang artis atau model.”

“Apa?” pekik Yoona pelan menatap pemuda dihadapannya.

“Memangnya kenapa? Bukankan aku terlihat seperti artis-artis yang ada di teve itu?” balas Siwon seraya menampilkan pose cool miliknya.

Yoona hanya memandangnya aneh.”Ya mungkin bisa dibilang seperti itu.”

Perlahan bus yang mereka tumpangi mulai berhenti berjalan,pertanda bahwa mereka telah sampai di Ilsan.

“Kita sudah sampai,” Siwon merenggangkan kedua lengannya yang terasa kaku,sedangkan Yoona hanya berdiri diam.

“Bisakah aku kembali meminjam payungmu?” tanya Yoona merasa tidak enak.

“Tentu, kita bisa pulang bersama.”

“Memangnya kau mengambil jurusan apa di sana?” Yoona mencoba membuka obrolan diantara mereka, alih-alih menghilangkan perasaan canggung diantara mereka.

“Aku mengambil jurusan kedokteran.”

“Kedokteran? Bukankah kau mengingankan menjadi seorang entertainer?” tanya Yoona heran.

“Aku hanya ingin membahagiakan kedua orang tua ku saja. Lebih baik aku mencoba berbakti pada mereka. Tentang keinginanku tersebut aku masih bisa memikirkannya nanti.”

Terpaku. Yoona menatap pemuda tersebut takjub.

“Kau punya pikiran yang sangat dewasa.” Yoona berkata pelan, sedikit mengelus tengkuknya berpikir bahwa kepribadian mereka sangat bertolak belakang.

“Lantas, bagaimana denganmu?” ucap Siwon mendadak yang membuat Yoona sedikit terkejut.

“Ah, Aku sangat berbeda jauh denganmu. Aku hanya terus berdiam diri tanpa membantu orang tuaku sedikit pun,” balas Yoona tertunduk malu.

“Jangan berprasangka buruk pada diri sendiri, mungkin kau bisa belajar melalui perbuatanmu,” Siwon mengacak rambut Yoona, lantas tertawa.

.

.

.

—Karena cinta tidak memandang apa-apa.

“Jadi,bagaimana dengan cinta pertamamu?”

Mereka berdua duduk berdampingan dalam sebuah kedai ramen. Hari yang sudah menjelang sore membuat mereka terasa lapar.

“Aku tidak pernah merasakan yang namanya cinta,” keluh Yoona sedih. Ia hanya mengetahui cinta melalui cerita teman-temannya.

“Kalau begitu bagaimana dengan aku? Apa aku  bisa menjadi cinta pertamamu?” tanya Siwon sedikit membuat Yoona tersedak.

“Tunggu, Apa yang kau katakan?” Yoona memicingkan iris matanya pada Siwon.

“Gampang,aku hanya ingin menjadi cinta pertamamu. Aku akan membantumu merasakan cinta bersamaku.” Jelas Siwon.

Yoona termenung, baru beberapa jam saja mereka berkenalan namun pemuda ini telah membuatnya berkali-kali merasakan degupan jantung yang tidak teratur.

“Tidak keberatan’kan? tanya Siwon kembali.

“Baiklah, aku menerimanya.” Yoona bukannya tidak ingin terlihat pasrah—dengan menerimanya begitu saja. Siwon—pemuda ini berhasil membuatnya untuk terus merasakan tebaran confetti atau pun kupu-kupu yang melayang dalam dirinya.

Mungkin, Yoona mencintai Siwon?

“Kemarikan,” Siwon menarik jemari Yoona, lantas menggenggamnya erat.

“Kita akan selalu seperti ini!” tunjuk Siwon. “Karena aku tidak akan pernah melepasmu, sampai kau mengerti arti cinta sebenarnya.”

—Karena cinta dimulai dengan mempelajari teorinya.
Teori cinta.

—fin.

A/n; Aku harap kalian semua suka :lol: , jangan lupa tinggalin reviewnya atas kesalahan aku atau tentang pendapat kalian mengenai cerita ini. Thankyouuu :oops:

Teori Cinta

©msdandelion,2014.

Ditengah rinai hujan, membuat mereka
mengenal cinta.

.

Siwon/Yoona |Romance/AU|Drabble {731w}
for General viewing.

.

.

.

Sore dimusim semi Seoul, rintik-rintik hujan turun menapaki tanah—lantas bercampur menjadi satu.

Hujan—hari yang menyebalkan bagi Yoona.

Bukan karena ia tidak menyukai Hujan,hanya saja hujan selalu datang secara tiba-tiba. Dan bagi orang ceroboh—layaknya Yoona, tentu saja ia melupakan payung yang selalu disiapkan oleh ayahnya.

“Aku bisa telat,” desah Yoona pelan, sedari tadi yang dilakukan dirinya hanya melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangannya. Secara tak sadar, pergerakan yang dilakukan Yoona,tentu menarik seseorang yang berdiri tepat disampingnya untuk turut memperhatikan dirinya.

“Tidak bawa payung?”

Eh,iya kau memang benar,” jawab Yoona kikuk. Bagaimana tidak, karena secara tiba-tiba seseorang pemuda mengajaknya berbicara.

“Memangnya ada apa, sampai kau tidak boleh telat?” tanya pemuda itu kembali.

“Aku hanya takut ibu mengkhawatirkanku,” balas Yoona pelan,sembari memandang langit yang tak kunjung terang—malah semakin bertambah gelap.

Terlalu fokus dengan langit,membuat Yoona tak sadar bahwa pemuda yang disampinganya telah berdiri dengan menggenggam sebuah payung.

“Mau ikut pulang denganku?”

.

.

.

—Karena ini lebih dari sebuah cinta pada pandangan pertama.

.

Mereka sampai di halte bus, menunggu untuk jurusan menuju Ilsan. Jarak antara Ilsan dan Seoul—memaksa mereka untu terus pulang-pergi dengan menggunakan bus.

“Kita belum berkenalan,aku Choi Siwon. Senang bertemu denganmu,” Ucap Siwon memulai pembicaraan,mengurangi kecanggugan diantara mereka berdua.

“aku Im Yoona.”

Tak beberapa lama kemudian bus dengan jurusan Ilsan datang,mereka berdua segera menapaki bus dan mencari tempat duduk.

“Omong-omong, mengapa kau memilih sekolah di Seoul dibandingkan di Ilsan?” tanya Siwon ketika mereka telah duduk di dalam bus.

“Aku  lebih menyukai Seoul, kami sekeluarga pindah ke Ilsan hanya karena pekerjaan ayahku saja.” Jelas Yoona sembari menatap luar jendela, menikmati aroma hujan yang bercampur dengan tanah—menimbulkan gemericik indah pada pendengarannya.

“Bagaimana dengan kau,Siwon-ssi?”

“Ilsan hanya kota kecil—tidak dengan Seoul, Ayahku yang memilihku untuk sekolah disini agar kelak aku dapat menjadi orang sukses.”

“Sukses?memangnya kau ingin menjadi apa nantinya?” tanya Yoona penasaran,sedangkan Siwon hanya termenung berpikir.

“Mungkin,seorang artis atau model.”

“Apa?” pekik Yoona pelan menatap pemuda dihadapannya.

“Memangnya kenapa? Bukankan aku terlihat seperti artis-artis yang ada di teve itu?” balas Siwon seraya menampilkan pose cool miliknya.

Yoona hanya memandangnya aneh.”Ya mungkin bisa dibilang seperti itu.”

Perlahan bus yang mereka tumpangi mulai berhenti berjalan,pertanda bahwa mereka telah sampai di Ilsan.

“Kita sudah sampai,” Siwon merenggangkan kedua lengannya yang terasa kaku,sedangkan Yoona hanya berdiri diam.

“Bisakah aku kembali meminjam payungmu?” tanya Yoona merasa tidak enak.

“Tentu, kita bisa pulang bersama.”

“Memangnya kau mengambil jurusan apa di sana?” Yoona mencoba membuka obrolan diantara mereka, alih-alih menghilangkan perasaan canggung diantara mereka.

“Aku mengambil jurusan kedokteran.”

“Kedokteran? Bukankah kau mengingankan menjadi seorang entertainer?” tanya Yoona heran.

“Aku hanya ingin membahagiakan kedua orang tua ku saja. Lebih baik aku mencoba berbakti pada mereka. Tentang keinginanku tersebut aku masih bisa memikirkannya nanti.”

Terpaku. Yoona menatap pemuda tersebut takjub.

“Kau punya pikiran yang sangat dewasa.” Yoona berkata pelan, sedikit mengelus tengkuknya berpikir bahwa kepribadian mereka sangat bertolak belakang.

“Lantas, bagaimana denganmu?” ucap Siwon mendadak yang membuat Yoona sedikit terkejut.

“Ah, Aku sangat berbeda jauh denganmu. Aku hanya terus berdiam diri tanpa membantu orang tuaku sedikit pun,” balas Yoona tertunduk malu.

“Jangan berprasangka buruk pada diri sendiri, mungkin kau bisa belajar melalui perbuatanmu,” Siwon mengacak rambut Yoona, lantas tertawa.

.

.

.

—Karena cinta tidak memandang apa-apa.

“Jadi,bagaimana dengan cinta pertamamu?”

Mereka berdua duduk berdampingan dalam sebuah kedai ramen. Hari yang sudah menjelang sore membuat mereka terasa lapar.

“Aku tidak pernah merasakan yang namanya cinta,” keluh Yoona sedih. Ia hanya mengetahui cinta melalui cerita teman-temannya.

“Kalau begitu bagaimana dengan aku? Apa aku  bisa menjadi cinta pertamamu?” tanya Siwon sedikit membuat Yoona tersedak.

“Tunggu, Apa yang kau katakan?” Yoona memicingkan iris matanya pada Siwon.

“Gampang,aku hanya ingin menjadi cinta pertamamu. Aku akan membantumu merasakan cinta bersamaku.” Jelas Siwon.

Yoona termenung, baru beberapa jam saja mereka berkenalan namun pemuda ini telah membuatnya berkali-kali merasakan degupan jantung yang tidak teratur.

“Tidak keberatan’kan? tanya Siwon kembali.

“Baiklah, aku menerimanya.” Yoona bukannya tidak ingin terlihat pasrah—dengan menerimanya begitu saja. Siwon—pemuda ini berhasil membuatnya untuk terus merasakan tebaran confetti atau pun kupu-kupu yang melayang dalam dirinya.

Mungkin, Yoona mencintai Siwon?

“Kemarikan,” Siwon menarik jemari Yoona, lantas menggenggamnya erat.

“Kita akan selalu seperti ini!” tunjuk Siwon. “Karena aku tidak akan pernah melepasmu, sampai kau mengerti arti cinta sebenarnya.”

—Karena cinta dimulai dengan mempelajari teorinya.
Teori cinta.

—fin.

A/n; Aku harap kalian semua suka :lol: , jangan lupa tinggalin reviewnya atas kesalahan aku atau tentang pendapat kalian mengenai cerita ini. Thankyouuu :oops:

Leave a comment